Venusian

They are known to be happy

  • Home
  • INTRO
  • PORTOFOLIO(process)
  • BLOG
    • TALK
    • Poem
    • Music
    • Lifestyle
      • Beauty and Fashion
      • Hobby
      • Spotify
      • TripEtc.
    • Photos
    • Education
  • Contact Us

Photos

Music

Education

last night, i heard a really soft voice that felt like a gentle whisper reminding me that warmth and care are still here, even on the toughest days. it felt like an invisible hug wrapping around me, soothing all the worries and making everything seem a little less heavy.

thank you for staying by my side through everything. every day, we're both doing our best to be patient. even though we've had our share of struggles, i believe that these will make us stronger in the end. we’re learning, growing, and becoming better version of ourselves through all the waiting, the quiet moments, and the challenges we face.

i’m sorry i missed our special day. i wish i could have been more present. the time apart only made me miss you even more. i hope that things will get better, and that we'll soon find ourselves laughing and enjoying the little moments again without anything holding us back.

please keep me in your thoughts and prayers. i’m doing my best to heal and getting better. i can't wait for the day when we can leave all the hard times behind and we can enjoy each other again. just us - with joy, smile, love, warmth, and all the little things that make being together feel like home.

 "Ooohh manusia berisik", begitu kata Dere.

Kalau aku menilik lirik lagu Dere yang berjudul "Berisik", sebenarnya agak related dengan keresahan yang aku alami selama ini. Hidup sudah hampir 23 tahun di dunia, tapi sepertinya belum pernah ngerasain hidup tentram. Selalu saja ada suara-suara dari luar yang masuk. Tentu suara-suara itu tidak bisa langsung aku abaikan begitu saja. 

Pernah gak kalian berada pada satu titik, "ya Tuhan, mengapa aku punya telinga yang begitu tajam?", "mengapa aku mendengar sesuatu yang tidak ingin aku dengar?"
Berita buruk, penghinaan, realita yang pahit, kebohongan, pengkhianatan, kebimbangan, penyesalan, kekecawaan, pengakuan, dan hal-hal lain yang mengganggu ketenangan pikiran.

Pasti kamu pernah dengar kalimat ini, "Kita tidak bisa mengontrol ucapan orang, tapi kita bisa mengontrol respon diri kita terhadap ucapan tersebut". Menurutku itu benar, tapi tidak sepenuhnya benar. Kalau hanya sekali dua kali mungkin masih bisa. Tapi bagaimana jika hal tersebut terus berulang hingga membuat diri kita tak tahan menampung semua ucapan menyakitkan itu? 

Terkadang tidur adalah pilihan yang benar. Karena saat kita bangun, kita tidak tahu apapun yang terjadi saat kita terlelap dan waktu terlewat begitu saja. Meskipun demikian, kita tidak bisa tidur terus-terusan. Ada hal-hal yang perlu kita kerjakan dan selesaikan. Solusi lainnya adalah cukup dengarkan apa yang ingin kita dengar. Kalau aku sih memilih mendengarkan musik dengan headset dan sejenisnya. Aku sendiri memang hobi mendengarkan musik. Hampir setiap hari aku mendengarkan musik. Telingaku sudah terbiasa tersumpal dengan berbagai jenis headset. (Mungkin kapan-kapan aku bisa bercerita tentang hobiku ini.)

Walaupun aku mengeluh tentang keresahan terhadap orang-orang yang berisik, jika aku berkaca pada diri sendiri, sebenarnya aku juga punya mulut yang sulit untuk dikontrol. Aku tergolong orang yang sedikit berbicara. Namun, sekalinya bicara, yang terlontar seringnya malah kalimat 'pedas' dan 'menyerang'. Banyak orang yang bilang aku orangnya to the point dan objektif. Kadang aku lalai dengan perasaan orang yang aku ajak bicara. Baru setelah membiarkan egoku menang, aku sadar mungkin telah menyinggung bahkan menyakiti hati orang lain. Ku akui, aku memang sulit menyaring pikiran menjadi perkataan. Aku pun sering menyesal setelahnya. Aku selalu berusaha untuk tidak berbicara yang tidak perlu. Akan sangat tidak tenang jika aku menyakiti orang lain karena perkataanku sendiri. 

Hal itulah yang menyebabkan ku sedikit berbicara alias males ngomong. Seringnya aku lebih sering menggunakan anggota tubuh untuk menjawab pertanyaan. Seperti gerakan alis, kedipan, tatapan mata, gerakan bahu, anggukan kepala, dan sejenisnya. Tentu ada orang yang protes ketika aku melakukannya. Tapi yaa gimana lagi, sudah terlanjur malas. Aku tahu ini juga bukan solusi yang tepat. Mana mungkin aku masih bisa males ngomong ketika dihadapkan oleh sesuatu yang tidak benar atau mungkin sedang dihakimi seseorang? Hmmm... tenyata malas berbicara juga bisa menimbulkan masalah baru, misalnya kesalahpahaman. Serba salah bukan? 

Yah, namanya juga manusia. Hidup juga berdampingan dengan manusia. Jika tidak mau beradaptasi dengan manusia. Pilihannya ada dua, hidup di hutan atau mati. Bagaimana? Kamu ada saran?


nb: draf ini dipublikasi setelah tepat 2 tahun lamanya mengendap

Semarang 

031122

02:12


Seperti biasa, aku masih terjaga

Tak tau kapan aku bisa sembuh dari penyakit bernama insomnia

Ia adalah sumber macam-macam rasa sakit yang aku derita

Menyiksa baik raga bahkan jiwa


Malam ini aku seorang diri

Merasa sepi, tak ada yang peduli

Yang baru singgah, kini sudah pergi

Kau anggap aku apa? Pesanggrahan?


Sampai di satu titik aku merasa,

“Apa aku tidak layak?”

Tidak usah disukai, dikasihani pun tidak

Aku sudah muak

Selalu aku yang meminta


Ribut sekali di dalam sana

Rasanya mau pecah

Fantasi yang kian liar

Memaksaku menjadi pecundang


Aku masih ingat

Terputar lagu “pulang”

Terlelap aku olehnya

Hingga saat aku sadar, aku masih belum selesai

Dan masih menjadi orang yang sama

 “Senja yang kau rindukan kini tak bertandang seperti hari-hari lalu. Tetapi siapa sangka, sesuatu yang lain terbit di tengah kesibukanmu merindukan senjamu” 

 O 7 O 4 1 9



𝘰𝘯𝘦 𝘢𝘧𝘵𝘦𝘳𝘯𝘰𝘰𝘯 𝘢𝘵 12

𝘸𝘰𝘳𝘬𝘪𝘯𝘨 𝘰𝘯 𝘮𝘺 𝘥𝘦𝘴𝘬

𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘶𝘯 𝘪𝘴 𝘴𝘩𝘪𝘯𝘯𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵

𝘸𝘩𝘦𝘯 𝘪 𝘭𝘰𝘰𝘬𝘦𝘥 𝘶𝘱 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘬𝘺

𝘪 𝘴𝘢𝘸 𝘮𝘰𝘷𝘪𝘯𝘨 𝘤𝘭𝘰𝘶𝘥𝘴

𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘣𝘦𝘢𝘶𝘵𝘪𝘧𝘶𝘭 𝘴𝘬𝘺 

𝘪 𝘸𝘢𝘴 𝘴𝘵𝘢𝘳𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘩𝘦 𝘤𝘭𝘰𝘶𝘥𝘴

𝘮𝘺 𝘦𝘺𝘦𝘴 𝘧𝘰𝘭𝘭𝘰𝘸𝘴 𝘸𝘩𝘦𝘳𝘦 𝘪𝘵 𝘨𝘰𝘦𝘴

𝘮𝘺 𝘴𝘱𝘰𝘵𝘪𝘧𝘺's 𝘴𝘵𝘪𝘭𝘭 𝘱𝘭𝘢𝘺𝘪𝘯𝘨 𝘢𝘴 𝘢 𝘣𝘢𝘤𝘬𝘨𝘳𝘰𝘶𝘥

𝘷𝘪𝘣𝘪𝘯' 𝘸𝘪𝘵𝘩 𝘮𝘦

𝘮𝘢𝘥𝘦 𝘮𝘦 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘬 "𝘸𝘩𝘺 𝘢𝘮 𝘪 𝘩𝘦𝘳𝘦?"

𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘬𝘺 𝘪𝘴 𝘣𝘦𝘢𝘶𝘵𝘪𝘧𝘶𝘭

𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘪𝘧 𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘵𝘩𝘦𝘳𝘦

𝘪 𝘸𝘢𝘯𝘯𝘢 𝘵𝘰𝘶𝘤𝘩 𝘵𝘩𝘦 𝘤𝘭𝘰𝘶𝘥𝘴

𝘸𝘢𝘭𝘬𝘪𝘯𝘨 𝘰𝘯 𝘪𝘵 𝘸𝘪𝘵𝘩 𝘣𝘢𝘳𝘦 𝘧𝘰𝘰𝘵

𝘴𝘢𝘪𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘵𝘩𝘳𝘰𝘶𝘨𝘩 𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘬𝘺

𝘴𝘰 𝘪 𝘤𝘢𝘯 𝘣𝘭𝘰𝘸𝘪𝘯𝘨 𝘶𝘱 𝘮𝘺 𝘮𝘪𝘯𝘥

Postingan Lama Beranda

ABOUT ME


"If I can go back in time, it must be the high school phase"

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • A Love Letter
  • BERISIK

Categories

  • Education 4
  • OPINI 2
  • Poem 3
  • TALK 3

Advertisement

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

aniswdyt

Halaman

  • About Us
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Terms & Conditions
  • Sitemap
  • Contact Us

Designed by Goestovenus